Nah.. bagi Nelayan-nelayan di Negara-negara maju juga masih menggunakan peralatan modern dan juga menggunakan kapal yang besar dengan di lengkapi dengan Peralatan-peralatan canggih. Tidak memperpanjang Kata-kata lansung saja kita ke inti artikel ini yaitu Kumpulan Puisi Tentang Nelayan.
Kumpulan Puisi Tentang Nelayan Seperti berikut di bawah ini.
Nelayan Tak Lagi Mengeluh
Bergulung ombak dengan keras
Memecah batu karang di batas
Biarkan buih mengalir lepas
Menuju laut lepas
Disini aku berdiri tegak
Tiada maksud untuk bergalak
Aku hanya ikut bersemarak
Riuh tawa nelayan kelak
Ikan Cumi-cumi kepiting dan udang
Selalu ikut turut mengundang
Di santap saat bersuka dan berdendang
Itulah hasil lautku yang segudang
Nelayan tak lagi mengeluh
Walau kian sulit melempar sauh
Tak terhitung mengalir peluh
BBM Tetap melambung jauh
Cintaku tak pernah cukup
Melihat nelayan tanganya menangkup
Hanya angin yang tergantang
Lepas bersama kabut yang menantang
Allah pemilik kehidupan
Jangan kau hembuskan badai topan
Karena mereka nyaris tak makan
Dan tak tahu kemana membangun harapan
Sang Nelayan Pencari Nafkah
Harapan putih pasir pantai
Menyengat tapak kaki tak beralas
Nyiur lambaian kelapa menyapa
Sang pencari nafkah bergegas ke laut lepas
Di sambut ombak yang berkejar menerjang sampan
Kokoh tekat sang pencari nafkah
Tak peduli ombak dna karang menerjang
Demi ibadah yang berkah
Wahai sahabatku sang nelayan pencar nafkah
Berguruku pada semangatmu
Berkacaku pada tekat ibadahmu
Sekecil apapun hasil
Engkau terima tampa mengeluh
Engkau nikmati dan mensyukuri
Banggaku menyebutmu seorang guru
Guru dalam kehidupan
Mengais nafkah yang berkah
Tampa perlu mengemis apa lagi berbuat bengis
Engkaulah yang mengerti arti berkah dan nafkah
Nelayan Tua
Angin laut berhembus lembut
Bersenandung merdu
Menandaskan kisah
Keluh kesah mencri nafkah
Yang berjuang tampa mengharap sedekah
Menerjang ombak menantang maut
Demi mendapat sekeranjang harta
Harta amis yang sangat berharga
Sebagai penyambung nyawa keluarga
Yang setia di peraduan
Senantiasa menunggu dan ber do'a
Untuk keselamatan dan kelencaran
Demi mereka engkau rela taruhkan nyawa
Mengharap semuanya
Senyum iklas membuatmu bahagia
Sang nelayan tua penakluk lautan
Nelayan
Rakit berayun sopan
Di iringi perahu papan
Dengan nahkoda berpakaian hitam
Membela laut menuju harapan
Hujan dan panas menjadi teman setia
Gelombang dan angin menjadi hiburan
Demi harapan yang setumpuk
Mendapatkan ikan dan udang
Demi anak istri yang menanti
Wahai Nelayan...
Menjalankan kerja dengan iklas
Membantu para konglomerat mengisi perut
Yang tak pernah brontak dan protes
Demi nasibb yang tak kunjung membaik
Di sertai hidup yang Berpas-pasan
Untuk Seorang Nelayan
Berlari dalam gelisah menerjang badai
Engkau tahu harapan belum sirna
Sempatkah kau menatap awan lagi
Tak kala debur ombak masih meneriakkan asa
Engkau bertarung bersama tentara kecil dan besar
Basah kuyup tertepa laut asin
Menyatu dengan peluh dan rintih
Berdiri sendiri...
Di bawah layar terkembang
Wahai samudra kaulah tinta bagi hidupya
Ceritakanlah kembali Hari-harinya dalam sonata yang indah
Dalam simponi ombak yang meliuk kesana kemari
kau pentaskan sebuah panggung abadi
Memang Sungguh...
Aku tak sabar menanti dan menunggunya
Tak lupa pula lengkungan senyumnya
Berjalan sabar menyisir teluk senja
Saat matahari beristirahat sejenak dari pekerjaanya
Siapakah namamu yang sebenarnya
Bermain dengan dadu tuhan di neraka dunia
Di tempat yang dalam sedalam gubuk hades
Dan tempat yang gelap, Segelap hati yng tak tenang
Telah ku baca ceritamu
Telah kulukis kisahmu
Samudrapun kehabisan tinta untuk merangkumkan hidupmu
Kini ku sadari....
Hidup tak selalu semanis madu
Terkadang seasin ombak laut yang menerjang batu
Derai Cemara Udang
Angin pantai disela gerimis
Mendera pelan sejenak
Berteduh di bawah
Pohon-pohon cemara udang
Lalu lenyap kearah
Gubuk-gubuk bambu yang telah reot
Tanpa atap di tepian jalanan pantai
Senja kini...
Tak ada yang romantis dan membiuskan angan
Kedalam khayal yang beku
Dan ratusan hari terkubur diam
Pantai ini telah sepi
Hanya derai cemara udang
Hanya rintik gerimis yang tak kunjung reda
Tak juga menjadi hujan yang deras
Ada yang berubah...
Pantai ini merubah dirinya menjadi teduh dan hijau
Dan dibeberapa sudut tumbuh pandang rumput
Ada cemara udang, perahu nelayan
Yang sepuluh tahun yang lalu belum ku lihat
Pantai ini adalah pantai kenangan
(Puisi dari Katjha)
Laut Dan Nelayan
Bersahabat dengan ombak
Berteman dengan karang
Berkasih dengan air
Kehidupan sederhana
Rumah papan atap jerami
Tiada cahaya malam
Oh Tuhan...
Kapankah hamba bahagia
Bisakah laut berteman
Bisakah laut bersahabat
Oh Tuhan...
Apa gunaku bertanya
Semua telah ada jawabanya
Semoga anak dan cucu hamba melihat taman syurganya laut
Nelayan Sang Pejuang Lautan
Sinar rembulan menyingkap malam
Desir angin menerpa kerut wajah renta
Dengan semangat tersisa mendorong keredaanya
Menyusuri malam demi sebuah harapan
Hidup ini... Itulah harapan yang ada
Terkadang harapan hanya impian yang kosong
Silau fajar terkadang menusuk keruhnya mata
Tanda kehampaan perjuangan
Dalam perjuangan mencari harapan
Tak jarang ia berjumpa dengan lambaian mesra debur ombak
Serta tarian manis yang kilat
Menemani datangnya angin dan awan
Menyambutnya di tengah lautan
Ikan-kan pun melompat tanda tantangan baginaya
Di temani jala yang selalu diajak bercengkrama
Mencari hidup sejak rembulan tiba
Hingga fajar muncul di cakrawala
Tanda akhir perjuanganya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar